JIN, SETAN, dan IBLIS dalam ISLAM

ari zaid
0

Sumber gambar: republika.co.id


SETAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

DEFINISI dan ARTI SETAN

Secara bahasa setan itu bermakna, syathana yaitu jauh, karena setan itu menjauh dari kebenaran, atau setan itu juga diambil dari kata syaatha yang berarti melakukan kebatilan atau terbakar. Berdasarkan definisi bahasa tersebut, maka setan itu bermakna sifat yang menjauh dari kebenaran yang merupakan kebathilan dan menyebabkan kita terbakar (neraka) atau tersiksa. Sehingga boleh jadi sifat yang demikian dapat dinisbatkan kepada makhluk Allah Swt yang bernama manusia dan jin. Hal ini serupa dengan surat al-An’am ayat 112

وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١٢ 

112. Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

 Selain itu, dalam surat an-Nas juga dikatakan bahwa bisikan-bisikan setan (yang menjauhkan dari syariat) datang dari kalangan jin dan manusia.

قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ١  مَلِكِ ٱلنَّاسِ ٢  إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ ٣  مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ ٤ ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ ٥ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ ٦

1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. 2. Raja manusia. 3. Sembahan manusia. 4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. 5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. 6. dari (golongan) jin dan manusia

 Maka dapat kita pahami yang pertama bahwa setan merupakan sifat yang berasal dari makhluk Allah Swt. yang bernama jin dan manusia.

IBLIS dan SETAN

Iblis bukan merupakan kata dari bahasa Arab layaknya setan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Iblis berasal dari bahasa Yunani diabolos yang berarti menantang. Namun demikian, beberapa pakar bahasa Arab juga mengatakan bahwa iblis berasal dari kata ablasa yang berarti putus asa, atau dari kata balasa yang berarti tidak ada kebaikannya. Ulama sepakat bahwa Iblis adalah makhluk yang satu, yaitu yang membangkan untuk sujud kepada Nabi Adam. Dalam sebuah riwayat Ibnu ‘Abbas berpendapat bahwa setan dari golongan jin adalah anak cucu iblis. Anak cucunya tidak mati, kecuali dengan kematian Iblis yang pernah memohon agar diberi tangguh sampai hari kebangkitan. Kisah ini tercantum jelas dalam al-Quran

وَٱلۡجَآنَّ خَلَقۡنَٰهُ مِن قَبۡلُ مِن نَّارِ ٱلسَّمُومِ ٢٧ وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي خَٰلِقُۢ بَشَرٗا مِّن صَلۡصَٰلٖ مِّنۡ حَمَإٖ مَّسۡنُونٖ ٢٨ فَإِذَا سَوَّيۡتُهُۥ وَنَفَخۡتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُواْ لَهُۥ سَٰجِدِينَ ٢٩ فَسَجَدَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ كُلُّهُمۡ أَجۡمَعُونَ ٣٠  إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰٓ أَن يَكُونَ مَعَ ٱلسَّٰجِدِينَ ٣١ قَالَ يَٰٓإِبۡلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ ٱلسَّٰجِدِينَ ٣٢ قَالَ لَمۡ أَكُن لِّأَسۡجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقۡتَهُۥ مِن صَلۡصَٰلٖ مِّنۡ حَمَإٖ مَّسۡنُونٖ ٣٣ قَالَ فَٱخۡرُجۡ مِنۡهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٞ ٣٤ وَإِنَّ عَلَيۡكَ ٱللَّعۡنَةَ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٣٥  قَالَ رَبِّ فَأَنظِرۡنِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ٣٦ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ ٣٧  إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡوَقۡتِ ٱلۡمَعۡلُومِ ٣٨

27. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. 28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. 29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. 30. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. 31. kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu. 32. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu? 33. Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. 34. Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. 35. dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat." 36. Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. 37. Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. 38. sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan (kiamat)

BENTUK SETAN DARI GOLONGAN JIN

Telah kita ketahui bersama bahwa jin adalah makhluk Allah Swt. yang telah diciptakan dari api, hal itu sesuai dengan al-Quran surat al-Hijr ayat 27. Akan tetapi, bentuk pasti dari fisik jin, apakah jin itu memiliki rambut yang gondrong, wajah yang buruk, gigi bertaring, dan lain sebagainya belum ada sumber yang jelas dan pasti mengenai bentuk fisik jin yang seperti itu. Dalam berbagai literasi, penulis hanya menemukan bahwa jin itu tidak dapat dilihat (ghaib), memiliki mata, memiliki jantung, memiliki tanduk, dan dapat menyerupai makhluk lain. Hal ini berdasarkan al-Quran surat al-A’raf ayat 179 dan hadits-hadits Nabi yang secara harfiyah menyebutkannya.

وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٧٩

179. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai

Dengan demikian, yang perlu penulis simpulkan adalah bahwa kita wajib mengimani setan dari golongan jin yang terbuat dari api, yang tidak terlihat dan mampu menggoda manusia. Dan karena sifatnya itu adalah (ghaib) dan berbeda alamnya dengan manusia, jangan serta merta mudah menyimpulkan bahwa kita melihat setan yang begini dan begitu.. karena boleh jadi itu hanyalah ilusi, bisikan, bahkan halusinasi kita belaka...

 

JIN ITU ADA YANG SOLEH dan ADA YANG KAFIR ATAU INGKAR

Dalam al-Quran surat al-Jin ayat 11 dijelaskan bahwa

وَأَنَّا مِنَّا ٱلصَّٰلِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَٰلِكَۖ كُنَّا طَرَآئِقَ قِدَدٗا ١١

11. Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.

Ayat ini yang menjadi landasan jelas bahwa jin itu ada yang soleh dan ada yang ingkar, dan itulah juga pertanda bahwa jin yang merupakan anak cucu Iblis dan menggoda manusia itulah yang disebut dengan setan.

 

JIN BISA BEKERJA SAMA DENGAN MANUSIA

Masih dalam surat yang sama, yaitu surat al-Jin ayat 6

وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٞ مِّنَ ٱلۡإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٖ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَزَادُوهُمۡ رَهَقٗا ٦ 

6. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan

Pada masa Jahiliyah dulu, kebiasaan bangsa Arab adalah meminta perlindungan kepada Jin-Jin yang ada pada daerah yang disinggahinya. Ketika jin-jin itu mengetahui bahwa manusia itu takut kepada mereka, maka jin-jin itu akan menambah ketakutan mereka, menimbulkan energi yang mencekam nan seram, sehingga munculnya sifat pengecut dalam diri manusia dan takut melebihi takutnya kepada Allah Swt. dan menambah dosa dan kesalahan mereka. Sebagaiamana yang dikemukakan oleh Qatadah “Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.

Kemudian, Allah Swt. mengabarkan kepada Nabi Muhammad Saw. bahwa jin-jin yang merupakan keturunan iblis itu mencoba mencuri dengar kabar langit yang kemudian akan disampaikannya melalui lidah-lidah para dukun. Akan tetapi, Allah Swt. menjaga seluruh rahasia langit dan kemurnian al-Quran sehingga tidak ada jin yang dapat membisikkan segala suatu kebenaran di masa depan maupun rahasia-rahasia Allah Swt. hal ini dikisahkan dalam al-Quran surat al-Jin ayat 8-10

وَأَنَّا لَمَسۡنَا ٱلسَّمَآءَ فَوَجَدۡنَٰهَا مُلِئَتۡ حَرَسٗا شَدِيدٗا وَشُهُبٗا ٨ وَأَنَّا كُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡهَا مَقَٰعِدَ لِلسَّمۡعِۖ فَمَن يَسۡتَمِعِ ٱلۡأٓنَ يَجِدۡ لَهُۥ شِهَابٗا رَّصَدٗا ٩ وَأَنَّا لَا نَدۡرِيٓ أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَن فِي ٱلۡأَرۡضِ أَمۡ أَرَادَ بِهِمۡ رَبُّهُمۡ رَشَدٗا ١٠

8. dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. 9. dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). 10. Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka

Dengan demikian, sudah jelas kiranya jangan sampai kita mempercayai dukun-dukun dan takut kepada setan dari golongan jin, karena sejatinya Allah Swt. telah memberikan kita kemuliaan dan sesungguhnya setan itu memang akan terus menggoda kita dari segala kelemahan kita. Kita hanya perlu terus beribadah yang wajib dan sunnah, senantiasa berdzikir (mengingat Allah Swt.), belajar dan terus belajar agar mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, dan tentunya mampu menahan dan menolak godaan setan dari golongan jin maupun manusia.

قَالَ أَنظِرۡنِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ١٤  قَالَ إِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ ١٥ قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦ ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧

14. Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". 15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh". 16. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. 17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)

 

KETINDIHAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Islam telah mengatur dan mengabarkan segala sendi-sendi kehidupan mulai dari bangun tidur sampai kita tidur lagi, bahkan ketika kita tertidur. Fenomena yang sering terjadi ketika kita tidur adalah mimpi. Selain itu, fenomena lain yang sering terjadi ketika kita tidur adalah kondisi dimana kita merasa telah terbangun namun tidak bisa mengendalikan tubuh kita, biasa disebut juga dengan “ketindihan”. Dari sudut pandang medis, “ketindihan” tersebut disebut juga dengan “sleep paralysis”.

Kondisi tersebut disebabkan karena belum sinkronnya otot dengan otak, sehingga menyebabkan sebuah kondisi peralihan dari tertidur menuju terbangun secara tidak sempurna. Pada kondisi ini, seseorang lebih lemah secara fisik dan mental, sehingga tentu saja segala kemungkinan dapat terjadi, mulai dari gangguan yang berasal dari alam nyata maupun alam ghaib yaitu setan dari golongan jin. Secara medis, kondisi ini disebabkan karena tekanan dan stres. Islam pun menjelaskan bahwa, ketika kita tertidur terdapat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi, hal itu dijelaskan dalam hadit yang diriwayatkan oelh Tirmidzi

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ تَكْذِبُ وَأَصْدَقُهُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُهُمْ حَدِيثًا وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ وَالرُّؤْيَا ثَلَاثٌ فَالرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ بُشْرَى مِنْ اللَّهِ وَالرُّؤْيَا مِنْ تَحْزِينِ الشَّيْطَانِ وَالرُّؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ بِهَا الرَّجُلُ نَفْسَهُ فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيَتْفُلْ وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ قَالَ وَأُحِبُّ الْقَيْدَ فِي النَّوْمِ وَأَكْرَهُ الْغُلَّ الْقَيْدُ ثَبَاتٌ فِي الدِّينِ قَالَ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

“Telah menceritakan kepada kami Nashr bin 'Ali telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahhab Ats Tsaqafi telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Bila waktu sudah terasa ringkas, hampir mimpi mu`min bukanlah bohong, dan mimpi mereka yang paling benar adalah yang paling benar kata-katanya dan mimpi muslim adalah satu dari empatpuluh enam bagian kenabian, mimpi itu ada tiga; mimpi yang baik adalah khabar gembira dari Allah, mimpi dari kesedihan yang dibuat setan dan mimpi yang dibisikkan oleh jiwa seseorang, bila salah seorang dari kalian bermimpi sesuatu yang tidak ia suka, hendaklah meludah dan tidak memberitahukannya kepada orang-orang." Beliau bersabda: "Aku suka ikatan dalam tidur dan aku tidak suka pengkhianatan, ikatan itu adalah teguh dalam agama." Berkata Abu Isa: Hadits hasan shahih.” (H.R. Tirmidzi No. 2196

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)