HIKMAH SYAWALAN IDUL FITRI

ari zaid
0

src: detik.com

 Hikmah syawalan Idul Fitri tentu sangat banyak kita dapati pada momentum ini dan pastinya dapat serta harus kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Hikmah merupakan nilai-nilai kebenaran, petunjuk, manfaat, dampak positif yang timbul dan terlimpah kepada kita semua. Hikmah syawalan Idul Fitri dapat kita temukan dari berbagai kebiasaan kita yang bersifat tradisi maupun yang memang betul-betul syari’at yang diperintahkan Allah Swt. dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Hikmah syawalan Idul Fitri dapat kita uraikan sebagai berikut.

1.     Membesarkan Allah Swt, menjalankan perintah Allah Swt, dan memperbanyak doa.

Terlepas dari perbedaan hari raya yang kita lalui, terdapat persamaan tentunya dalam mengambil hikmah syawalan Idul Fitri antara lain adalah ketika tiba hari raya maka seluruh umat Islam mengagungkan Allah Swt dengan bersama-sama, sebanyak-banyaknya, individu maupun berjama’ah, secara virtual maupun secara langsung, gema takbir berkumandang di seluruh penjuru dunia, masjid, langgar, mushola, rumah, dan diseluruh tempat-tempat suci dan mulia gema takbir berkumandang semata-mata untuk mengagungkan Allah Swt, membesarkan Allah Swt. atas dasar perintah Allah Swt. atas dasar penghambaan kita kepada Allah Swt.Allah Swt. berfirman dalam al-Quran surat al-Baqarah 185

...وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ١٨٥

“...Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.

Hal itulah yang biasa kita sebut dengan TAKBIRAN. Tradisi masyarakat kita yang baik ini memang perlu dilestarikan mulai dari takbiran di masjid-masjid dan mushola, takbiran keliling, maupun takbiran di rumah masing-masing. Hanya saja memang para stake holder, orang tua, tokoh masyarakat, para tokoh agama, dan seluruh elemen masyarakat tetap harus memperhatikan dan berhati-hati karena fenomena yang merupakan syari’at yang baik ini kerap kali ternodai dengan kegiatan dan perilaku-perilaku yang melampaui batas seperti membakar petasan, foya-foya, menyia-nyiakan waktu dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, bahkan kegiatan yang melanggar syari’at seperti berpacaran dan berikhtilath (bercampur laki-laki dan perempuan) tanpa adanya udzur syar’i atau sesuatu yang memaklumkan. Kita harus mengontrol kondisi lingkungan dengan kondusif sesuai dengan prinsip dan harapan kita dalam menggali hikmah syawalan Idul Fitri dengan sebaik-baiknya.

2.     Hikmah syawalan Idul Fitri, menunaikan zakat fitrah dan tanda kita berbuka (makan)

Sering kali ketika kita berpuasa, kita menggunakan istilah ifthar jama’i (Buka puasa bersama). Memang idul fitri secara bahasa dapat dikatakan hari raya makan, namun istilah tersebut bukan berarti kita mengisinya dengan berfoya-foya makan sebanyak-banyaknya melainkan sebagai tanda bahwa kita makan karena telah selesai menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, sehingga kita membuka pagi dibulan syawal sebelum shalat ‘Idul fitri kita membukanya atau mengawalinya dengan makan/sarapan.

Hal tersebut seperti dinyatakan oleh Imam Suyuthi

كَانَ لَا يَغْدُوْ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ سَبْعَ تَمْرَاتٍ

"Adalah Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam tidak pergi untuk melakukan shalat Idul Fitri sampai beliau memakan tujuh buah kurma."  Imam Suyuthi dalam kitab Jami’ushaghiir wa ziyaadah.

Selain itu, begitu juga sebelumnya, kita menunaikan zakat fitrah, zakat yang berupa makanan pokok. Biasa disebut juga dengan zakat jiwa karena fitrah juga memiliki arti suci yang artinya dengan menunaikan zakat fitrah, maka kita mensucikan masing-masing diri kita, jiwa kita agar kembali suci.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ بِإِخْرَاجِ الزَّكَاةِ قَبْلَ الْغُدُوِّ لِلصَّلَاةِ يَوْمَ الْفِطْرِ

“dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membayar zakat fitrah sebelum berangkat (ke tempat shalat) pada hari raya idul fitri.” HR. Tirmidzi 613

3.     Hikmah syawalan Idul Fitri, memperbanyak Doa

Kita sama-sama memahami bahwa, doa itu adalah senjata umat muslim, doa itu adalah jantungnya ibadah, bahkan shalat pun memiliki arti dan makna Doa. Sebagai hamba tak lain dan tak bukan tugas kita adalah senantiasa berdoa kepada Allah Swt, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt, semoga Allah Swt. memberi kekuatan kepada kita, semoga Allah Swt membimbing kita dan memberi petunjuk agar kita dapat terus beribadah sebaik-baiknya layaknya kita bersama-sama beribadah di bulan suci Ramadhan. Nuansa Ramadhan telah membuat kita rajin shalat subuh berjama’ah, shalat malam berjama’ah, memperbanyak shalat, rajin membaca al-Quran, dsb.

Doa yang menjadi hikmah syawalan Idul Fitri ini juga menjadi sebuah syari’at untuk kita semua menjalankannya ketika selesai bulan suci Ramadhan. Kita agungkan Allah Swt, kita besarkan Allah Swt, dan kita berdoa kepada Allah Swt. agar Allah Swt. menerima segala amal ibadah kita yang mungkin ibadah kita kurang ikhlas, kurang totalitas, dan kurang dan jauh dari kata tuntas. Begitupun ketika kita bertemu seseorang, saling mengucapkan selamat dan mendoakan satu sama lain.

فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك . قال الحافظ : إسناده حسن 

Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah SAW berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fitri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, taqobbalallahu minna wa minkum.

Semua itu tak lain dan tak bukan adalah untuk meraih rahmat dan ridha Allah Swt, hanya dengan rahmat dan ridha Allah Swt. kita mampu melakukan segala sesuatunya terutama mampu masuk ke dalam surga-Nya. Jangan pernah yakin ibadah kita sudah banyak, karena boleh jadi ibadah kita sudah banyak, namun belum baik, boleh jadi juga ibadah kita sudah banyak dan baik, tapi belum benar. Maka tugas kita adalah, tunaikan segala perintah syari’at, berdoa, dan berserah diri kepada Allah Swt. Wallahua’lam…

4.       

Allah Swt. juga berfirman pada ayat selanjutnya surat al-Baqarah ayat 186

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ ١٨٦

Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

 

5.    Puasa syawal

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ صَاحِبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ

“dari Abu Ayyub sahabat nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau berkata: "Barangsiapa yang melakukan puasa pada Bulan Ramadhan kemudian ia ikutkan dengan puasa enam hari pada Bulan Syawal, maka seolah-olah ia berpuasa satu tahun." HR. Abu Daud No. 2078

6.    Hikmah syawalan Idul Fitri dalam acara  Halal bi Halal

Sebagai warga negara Indonesia, kita patut bersyukur bahwa terdapat tradisi halal bihalal yang setiap tahunnya diselenggarakan berbagai Lembaga dan elemen masyarakat. Acara ini memiliki tujuan untuk saling bermaaf-maafan. Berdasarkan historisnya, acara halal bihalal merupakan inisiasi Bung Karno untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa pasca kemerdekaan. Atas dasar saran KH. Wahab Hasbullah, istilah halal bihalal digunakan untuk berkumpul dan hal tersebut bertepatan juga dengan momen ‘Idul Fitri. Akan tetapi tradisi halal bihalal, yang di dalamnya ada ritual sungkem dengan orang itu juga memang sudah menjadi tradi sejak masa kerajaan Islam terdahulu. Hanya saja, istilah halal bihalal itulah yang menjadi sesuatu yang baru pasca kemerdekaan.

Secara makna Bahasa dan istilah, halal bi halal adalah kegiatan yang membolehkan atau menghalalkan segala perbuatan dan kesalahan yang telah orang lain lakukan. Dengan demikian, harapannya adalah tidak ada lagi penghalang atas diterimanya sega amal ibadah kita kepada Allah Swt. khususnya di bulan Ramadhan. Rasulullah Saw. Bersabda

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.'

Hadits tersebutlah yang menjadi dasar bahwa perlu kiranya kita saling bermaafan agar seluruh amal kita tidak  sia-sia dan agar kita husnul khatimah. Kalaulah dosa kita kepada Allah Swt. dapat kita hapus dengan taubatan nasuha, akan tetapi kedzliman dan kesalahan kita kepada orang lain terkadang tidak kita sadari, maka tradisi halal bi halal ini sangat baik untuk dilerstarikan dan memiliki manfaat yang sangat baik. Dalam Riwayat lain juga diberitakan bahwa Ketika Nabi Muhammad Saw. Selesai shalat ‘Idul Fitri, Nabi Muhammad Saw. Mengucapkan Aamiin tiga kali, Aamiin.. Aamiin.. Aamiin..

Kemudian sahabat bertanya ada kenapa Nabi Saw. Mengucapkan aamiin sebanyak tiga kali. Lalu Nabi Muhammad Saw. Menjelaskan bahwa beliau mendengar Jibril mengucapkan tiga doa,

1.  Jangan terima amal ibadah orang yang durhaka kepada orang tua

2.  Jangan terima amal ibadah istri yang durhakan kepada suami

3. Dan jangan terima amal ibadah seseorang yang memutus silaturahmi

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)