src: detik.com |
Hikmah syawalan Idul Fitri tentu sangat banyak kita dapati pada momentum ini dan pastinya dapat serta harus kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Hikmah merupakan nilai-nilai kebenaran, petunjuk, manfaat, dampak positif yang timbul dan terlimpah kepada kita semua. Hikmah syawalan Idul Fitri dapat kita temukan dari berbagai kebiasaan kita yang bersifat tradisi maupun yang memang betul-betul syari’at yang diperintahkan Allah Swt. dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Hikmah syawalan Idul Fitri dapat kita uraikan sebagai berikut.
1. Membesarkan
Allah Swt, menjalankan perintah Allah Swt, dan memperbanyak doa.
Terlepas
dari perbedaan hari raya yang kita lalui, terdapat persamaan tentunya dalam
mengambil hikmah
syawalan Idul Fitri antara lain adalah ketika tiba hari raya maka seluruh umat
Islam mengagungkan Allah Swt dengan bersama-sama, sebanyak-banyaknya, individu
maupun berjama’ah, secara virtual maupun secara langsung, gema takbir
berkumandang di seluruh penjuru dunia, masjid, langgar, mushola, rumah, dan
diseluruh tempat-tempat suci dan mulia gema takbir berkumandang semata-mata
untuk mengagungkan Allah Swt, membesarkan Allah Swt. atas dasar perintah Allah
Swt. atas dasar penghambaan kita kepada Allah Swt.Allah Swt. berfirman dalam
al-Quran surat al-Baqarah 185
...وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا
اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ١٨٥
“...Hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.
Hal
itulah yang biasa kita sebut dengan TAKBIRAN. Tradisi masyarakat kita yang baik
ini memang perlu dilestarikan mulai dari takbiran di masjid-masjid dan mushola,
takbiran keliling, maupun takbiran di rumah masing-masing. Hanya saja memang
para stake holder, orang tua, tokoh masyarakat, para tokoh agama, dan seluruh
elemen masyarakat tetap harus memperhatikan dan berhati-hati karena fenomena
yang merupakan syari’at yang baik ini kerap kali ternodai dengan kegiatan dan
perilaku-perilaku yang melampaui batas seperti membakar petasan, foya-foya,
menyia-nyiakan waktu dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, bahkan kegiatan
yang melanggar syari’at seperti berpacaran dan berikhtilath (bercampur
laki-laki dan perempuan) tanpa adanya udzur syar’i atau sesuatu yang
memaklumkan. Kita harus mengontrol kondisi lingkungan dengan kondusif sesuai
dengan prinsip dan harapan kita dalam menggali hikmah syawalan Idul Fitri
dengan sebaik-baiknya.
2. Hikmah
syawalan Idul Fitri, menunaikan zakat fitrah dan tanda kita berbuka (makan)
Sering
kali ketika kita berpuasa, kita menggunakan istilah ifthar jama’i (Buka
puasa bersama). Memang idul fitri secara bahasa dapat dikatakan hari raya
makan, namun istilah tersebut bukan berarti kita mengisinya dengan berfoya-foya
makan sebanyak-banyaknya melainkan sebagai tanda bahwa kita makan karena telah
selesai menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, sehingga kita membuka
pagi dibulan syawal sebelum shalat ‘Idul fitri kita membukanya atau
mengawalinya dengan makan/sarapan.
Hal
tersebut seperti dinyatakan oleh Imam Suyuthi
كَانَ لَا يَغْدُوْ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى
يَأْكُلَ سَبْعَ تَمْرَاتٍ
"Adalah
Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam tidak pergi untuk melakukan shalat
Idul Fitri sampai beliau memakan tujuh buah kurma." Imam Suyuthi dalam kitab Jami’ushaghiir wa
ziyaadah.
Selain
itu, begitu juga sebelumnya, kita menunaikan zakat fitrah, zakat yang berupa
makanan pokok. Biasa disebut juga dengan zakat jiwa karena fitrah juga memiliki
arti suci yang artinya dengan menunaikan zakat fitrah, maka kita mensucikan
masing-masing diri kita, jiwa kita agar kembali suci.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ بِإِخْرَاجِ الزَّكَاةِ قَبْلَ الْغُدُوِّ
لِلصَّلَاةِ يَوْمَ الْفِطْرِ
“dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wasallam memerintahkan untuk membayar zakat fitrah sebelum berangkat (ke tempat
shalat) pada hari raya idul fitri.”
HR. Tirmidzi 613
3. Hikmah
syawalan Idul Fitri, memperbanyak Doa
Kita
sama-sama memahami bahwa, doa itu adalah senjata umat muslim, doa itu adalah
jantungnya ibadah, bahkan shalat pun memiliki arti dan makna Doa. Sebagai hamba
tak lain dan tak bukan tugas kita adalah senantiasa berdoa kepada Allah Swt,
semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt, semoga Allah Swt. memberi
kekuatan kepada kita, semoga Allah Swt membimbing kita dan memberi petunjuk
agar kita dapat terus beribadah sebaik-baiknya layaknya kita bersama-sama
beribadah di bulan suci Ramadhan. Nuansa Ramadhan telah membuat kita rajin
shalat subuh berjama’ah, shalat malam berjama’ah, memperbanyak shalat, rajin
membaca al-Quran, dsb.
Doa
yang menjadi hikmah syawalan Idul Fitri ini juga menjadi sebuah syari’at untuk
kita semua menjalankannya ketika selesai bulan suci Ramadhan. Kita agungkan
Allah Swt, kita besarkan Allah Swt, dan kita berdoa kepada Allah Swt. agar
Allah Swt. menerima segala amal ibadah kita yang mungkin ibadah kita kurang
ikhlas, kurang totalitas, dan kurang dan jauh dari kata tuntas. Begitupun
ketika kita bertemu seseorang, saling mengucapkan selamat dan mendoakan satu
sama lain.
فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ
أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا
يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك
. قال الحافظ : إسناده حسن
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat
Rasulullah SAW berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fitri atau Idul Adha, pen), satu
sama lain saling mengucapkan, taqobbalallahu minna wa minkum.
Semua
itu tak lain dan tak bukan adalah untuk meraih rahmat dan ridha Allah Swt, hanya
dengan rahmat dan ridha Allah Swt. kita mampu melakukan segala sesuatunya
terutama mampu masuk ke dalam surga-Nya. Jangan pernah yakin ibadah kita sudah
banyak, karena boleh jadi ibadah kita sudah banyak, namun belum baik, boleh
jadi juga ibadah kita sudah banyak dan baik, tapi belum benar. Maka tugas kita
adalah, tunaikan segala perintah syari’at, berdoa, dan berserah diri kepada
Allah Swt. Wallahua’lam…
4.
Allah
Swt. juga berfirman pada ayat selanjutnya surat al-Baqarah ayat 186
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ
قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ
وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ ١٨٦
Apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa
kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
5. Puasa
syawal
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ صَاحِبِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا
صَامَ الدَّهْرَ
“dari
Abu Ayyub sahabat nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau berkata: "Barangsiapa yang melakukan puasa pada
Bulan Ramadhan kemudian ia ikutkan dengan puasa enam hari pada Bulan Syawal,
maka seolah-olah ia berpuasa satu tahun." HR. Abu Daud No. 2078
6. Hikmah
syawalan Idul Fitri dalam acara Halal bi Halal
Sebagai
warga negara Indonesia, kita patut bersyukur bahwa terdapat tradisi halal
bihalal yang setiap tahunnya diselenggarakan berbagai Lembaga dan elemen
masyarakat. Acara ini memiliki tujuan untuk saling bermaaf-maafan. Berdasarkan historisnya,
acara halal bihalal merupakan inisiasi Bung Karno untuk mempererat persatuan
dan kesatuan bangsa pasca kemerdekaan. Atas dasar saran KH. Wahab Hasbullah, istilah
halal bihalal digunakan untuk berkumpul dan hal tersebut bertepatan juga dengan
momen ‘Idul Fitri. Akan tetapi tradisi halal bihalal, yang di dalamnya ada
ritual sungkem dengan orang itu juga memang sudah menjadi tradi sejak masa
kerajaan Islam terdahulu. Hanya saja, istilah halal bihalal itulah yang menjadi
sesuatu yang baru pasca kemerdekaan.
Secara
makna Bahasa dan istilah, halal bi halal adalah kegiatan yang membolehkan atau
menghalalkan segala perbuatan dan kesalahan yang telah orang lain lakukan. Dengan
demikian, harapannya adalah tidak ada lagi penghalang atas diterimanya sega
amal ibadah kita kepada Allah Swt. khususnya di bulan Ramadhan. Rasulullah Saw.
Bersabda
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا
الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ
الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ
وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا
وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا
مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ
أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya
kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut
itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara
kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut
adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat,
tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta
membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk
diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara
tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari
setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga
akhirnya ia dilemparkan ke neraka.'
Hadits
tersebutlah yang menjadi dasar bahwa perlu kiranya kita saling bermaafan agar
seluruh amal kita tidak sia-sia dan agar
kita husnul khatimah. Kalaulah dosa kita kepada Allah Swt. dapat kita hapus
dengan taubatan nasuha, akan tetapi kedzliman dan kesalahan kita kepada orang
lain terkadang tidak kita sadari, maka tradisi halal bi halal ini sangat baik
untuk dilerstarikan dan memiliki manfaat yang sangat baik. Dalam Riwayat lain
juga diberitakan bahwa Ketika Nabi Muhammad Saw. Selesai shalat ‘Idul Fitri,
Nabi Muhammad Saw. Mengucapkan Aamiin tiga kali, Aamiin.. Aamiin.. Aamiin..
Kemudian sahabat bertanya ada
kenapa Nabi Saw. Mengucapkan aamiin sebanyak tiga kali. Lalu Nabi Muhammad Saw.
Menjelaskan bahwa beliau mendengar Jibril mengucapkan tiga doa,
1. Jangan terima
amal ibadah orang yang durhaka kepada orang tua
2. Jangan terima amal ibadah istri yang durhakan kepada suami
3. Dan jangan terima amal ibadah seseorang yang memutus silaturahmi