Tabzir (boros) adalah perilaku membelanjakan harta tidak pada jalannya atau
mengeluarkan harta tidak haq. Seseorang yang memiliki sifat tabdzir
termasuk juga dalam golongan orang-orang yang disebut berperilaku israf.
Seseorang yang memiliki perilaku Israf (melampaui batas) adalah
seseorang yang apabila ia membelanjakan harta melewati batas kepatutan menurut
ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya untuk kepentingan dunia maupun
akhirat. melakukan dan memperlihatkan amal ibadah dengan niat supaya mendapat
pujian atau penghargaan dari orang lain.
Salah satu sebab seseorang memiliki perilaku
tabdzir dan israf adalah karena memiliki sifat Sum’ah
yaitu memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadah yang dilakukan kepada
orang lain agar dirinya mendapat pujian atau sanjungan. Sifat yang serupa tapi
tak sama dengan sum’ah disebut dengan riya’ (ingin dilihat oleh orang
lain). Semua itu berawal dari adanya sifat ujub (berbangga diri / takjub
terhadap diri sendiri) yang dapat menimbulkan sikap Takabur, yaitu sikap
seseorang yang menunjukkan sifat sombong atau merasa lebih kuat, lebih hebat
dibanding orang lain. Para ulama mengartikan takabbur (sombong) yaitu
orang-orang yang apabila diingatkan akan kebenaran dan kebaikan, maka dia menolak,
dan takabur (sombong) adalah seseorang yang merendahkan orang lain. Sikap-sikap
yang demikian akan memunculkan sikap hasad yaitu sifat seseorang yang
merasa tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain karena memperoleh suatu
nikmat dan berusaha menghilangkan nikmat tersebut yang kemudian dapat
menimbulkan sifat hasud, yaitu mengajak orang lain untuk membenci orang
lain.
Ketahuilah, syarat diterimanya amal ada tiga:
1.
Beramal
dengan landasan ilmu,
2.
Berniat
ikhlas karena Allah Swt.,
3.
Melakukan
dengan sabar dan ikhlas.
Benteng amal itu ada tiga, yaitu
1.
Merasa
bahwa hidayah itu datangnya dari Allah Swt.,
2.
Berniat
meraih ridha Allah Swt. agar dapat mengalahkan hawa nafsu,
3.
Berharap
pahala dari Allah Swt. dengan menghilangkan riya’ dan sum’ah.