Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh godaan, manusia sering kali terjebak dalam hal-hal yang berlebihan. Padahal, segala sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik. Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan, terutama dalam menjaga hati dan jiwa.
Salah satu kunci utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. adalah dengan ma’rifat, yakni mengenal dan menyadari kehadiran-Nya dalam setiap detak kehidupan. Dari pengenalan ini lahirlah sikap tafakur (berpikir mendalam) atas ciptaan Allah dan tawakal, yaitu berusaha sungguh-sungguh lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Dalam proses tersebut, seorang mukmin dituntut untuk bersikap sabar—menahan keinginan yang berlebihan, serta memiliki roja’ dan ridho, yaitu berharap dan menerima segala keputusan Allah dengan ikhlas. Semua itu akan melahirkan mahabah, cinta sejati kepada Allah Swt.
Namun, untuk mencapai kondisi tersebut, hati perlu dibersihkan melalui proses tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa). Pembersihan ini penting agar kita terhindar dari akhlak mazmumah (akhlak tercela) seperti iri, dengki, ujub, takabur, hasad, namimah, hingga mubadzir (pemborosan). Salah satu akhlak buruk yang paling menghambat kedekatan dengan Allah adalah tamak—sikap rakus dan tidak pernah merasa cukup.
Meninggalkan akhlak mazmumah dan menggantinya dengan akhlak mahmudah bukan hanya memperbaiki hubungan kita dengan Allah, tetapi juga dengan sesama. Baca juga: Pentingnya Akhlak Terpuji dalam Pergaulan Remaja untuk memperdalam pemahaman tentang akhlak mahmudah dalam kehidupan sehari-hari.
![]() |
img: www.liputan6.com |